Buku ini membahas konsep penantian terhadap Sang Juru Selamat (Imam Mahdi) dalam Islam sebagai sikap aktif dan konstruktif, bukan pasif atau pasrah. Penantian dianggap sebagai bentuk protes sosial dan spiritual terhadap ketidakadilan, dengan harapan akan hadirnya tatanan yang adil.
Buku ini membahas rekaman dialog antaragama yang disiarkan lewat radio, berisi percakapan, pertanyaan, dan refleksi dari pendengar serta narasumber seputar isu-isu keagamaan dan kehidupan bersama. Buku ini lahir dari program interaktif “dialog agama di sore hari” dan menampilkan semangat keterbukaan dan toleransi antarumat beragama.
Buku ini membahas kritik tajam Ernest Gellner terhadap posmodernisme dan fundamentalisme agama, khususnya Islam, serta mengajukan fundamentalisme rasionalis sebagai alternatif berbasis rasionalitas universal lintas budaya.
Buku ini adalah laporan tahunan dari SETARA Institute tentang kondisi kebebasan beragama dan berkeyakinan di Indonesia pada tahun 2012. Laporan ini mengungkap berbagai pelanggaran hak beragama, seperti diskriminasi dan pengabaian pemerintah dalam menyelesaikan konflik keagamaan, serta mengkritik kepemimpinan nasional yang kurang serius dalam memajukan pluralisme dan toleransi. Tujuannya untuk m…
Buku ini merupakan hasil penelitian selama dua hingga tiga tahun tentang berbagai persoalan dalam praktik pendidikan agama di sekolah. Buku ini tidak menawarkan konsep operasional, tapi memberikan gambaran reflektif tentang tantangan dan upaya perbaikan pendidikan agama, dengan perhatian khusus pada kebutuhan generasi muda dalam masyarakat yang semakin majemuk. Penelitian ini juga mengapresiasi…
Buku ini membahas pluralisme agama sebagai dasar hidup bersama yang adil dan damai, bukan menyamakan semua agama. Pluralisme dipahami sebagai pengakuan atas keberagaman keyakinan, nilai, dan pengalaman hidup yang terus berkembang dalam masyarakat majemuk, serta penting bagi demokrasi, keadilan, dan kesejahteraan bangsa.
Buku ini membahas upaya membangun dialog antaragama melalui kumpulan tulisan dari para pemikir lintas agama, khususnya Islam, Kristen, dan Katolik, untuk mendorong refleksi dan diskusi yang lebih mendalam tentang berbagai isu keagamaan dan sosial.
Buku ini membahas pemahaman lintas agama secara ilmiah, dengan tujuan membuka wawasan umat beragama agar memahami ajaran semua agama secara objektif dan mendalam, sesuai akal dan hati nurani.
Buku ini membahas pemikiran dan pengalaman Gus Dur dalam memadukan nilai-nilai Islam dengan keberagaman budaya, termasuk pengaruh pemikiran para intelektual Timur Tengah dan dunia Islam. Buku ini juga menampilkan sisi humanis dan luasnya wawasan Gus Dur, dari kitab klasik hingga budaya populer Timur Tengah.
Buku ini mengulas perjalanan sejarah pembentukan lembaga hukum Islam di Indonesia, termasuk tantangan, kontroversi, dan prospeknya, serta bagaimana hukum Islam tetap eksis meski mendapat penolakan sejak era kolonial hingga pasca kemerdekaan.