Buku ini merupakan refleksi terhadap sumbangan pemikiran Bung Hatta bagi Indonesia. Bung Hatta memiliki pengaruh yang sedemikian rupa terhadap negara Indonesia sekarang, terutama dari tulisannya Ke Arah Indonesia Merdeka yang berpengaruh. Buku ini menggambarkan pemikiran Bung Hatta dalam merespon berbagai tantangan ekonomi dan politik Indonesia, misalnya pemberontakan PKI.
Buku ini membahas bagaimana Bung Karno mampu menjadi penyambung lidah rakyat berkat pemahamannya yang mendalam tentang sejarah, budaya, dan sosio-kultural Indonesia. Ia menggunakan simbol-simbol lokal seperti ramalan Joyoboyo, Ratu Adil, dan pewayangan dalam pidatonya untuk membangkitkan kesadaran politik rakyat.
Buku ini membahas dampak Perang Dingin terhadap Indonesia, baik dalam aspek positif seperti peluang kemerdekaan maupun negatif seperti campur tangan blok Barat dan Timur dalam politik domestik. Kajian ini menempatkan berbagai pergolakan politik Indonesia dalam konteks konflik ideologi global.
Buku ini mengkritik penyimpangan pelaksanaan demokrasi dan UUD 1945 di Indonesia, termasuk pembatasan kebebasan politik dan dominasi penguasa tanpa pedoman pemimpin nasional yang sejati.
Buku ini membahas "Konsensus Nasional Orde Baru" yang lahir di tengah perang dingin sebagai kemenangan satu adikuasa atas lainnya, yakni CIA atas KGB. Dengan latar peristiwa tersebut, buku ini juga menyoroti sikap tokoh seperti Jenderal Soewarto, yang anti-komunis namun menolak menjadi alat CIA.
Buku ini membahas fenomena politik "dosomuko," yaitu politik dengan wajah demokratis tetapi sarat tipu daya dan rekayasa. Latar belakangnya adalah krisis ekonomi 1997-1998 yang membawa kepanikan di seluruh lapisan masyarakat, dari rakyat kecil hingga elit, di tengah kejatuhan Rupiah dan melonjaknya harga kebutuhan.
Buku ini membahas peranan Sutan Sjahrir dan Schermerhorn dalam Persetujuan Linggarjati, yang menjadi puncak kemenangan Indonesia dalam revolusi, serta pengakuan terhadap Republik Indonesia. Buku ini juga dilengkapi dengan bahasa Belanda.